Gue sampai liburan semester ini belum pernah nonton di XXI.
Sekalinya nonton, dibayarin!
Gue sampai sekarang belum pernah ke Ancol.
Sekalinya ke sana, dibayarin!
Gue sampai lulus SMA belum pernah ke Jawa Barat.
Sekalinya ke sana, kuliah di ITB, dibayarin pula!
Gue sampai akhir TPB belum pernah ke Jakarta.
Sekarang 4x ke sana, dibayarin terus!
Kapan ya bakal bisa bayarin orang?
Seriiing banget gue pengen segera beranjak dari posisi ini.
Dari yang ditraktir ke pentraktir.
Seriiing banget gue malu.
Dapet banyak gratisan, minim prestasi.
Ga perlu disebutin lah gimana banyak kerjaan gue yg beres pun engga.
Kalau gue lulus kuliah, gue juga ga yakin selama ini udah maksimal.
Seriiing banget gue pengen nangis tapi ga bisa.
Dikasih nikmat, nglakuin yang sia-sia.
Ga perlu disebutin lah gimana gue bisa-bisanya larut di hal-hal yg ga jelas.
Gue bisa berkilah refreshing atau apa pun, tapi sekarang hati nurani gue yg bicara.
Kata orang kuliah gue biaya aslinya 28 juta per semester.
Ditekan dengan perasan keringat manusia negeri berkembang ini jadi sekitar 100 juta per 4 tahun.
Dihimpit dengan beban pikiran dan keikhlasan ekstra dari orang-orang hebat, jadilah kuliah gue gratis.
"Kampus kalian adalah tempat yg terlalu mahal untuk bercita-cita rendah."
Jleb!
Di tengah semester kemarin, di mana nilai gue jeblok, melalui lisan guru gue Allah menegur.
Menohok kesadaran gue, tapi secara jujur memang tohokan itu yg gue butuhin.
Kata 'ibu' gue, "Fokus kuliah dulu aja."
Thanks 'Mom', sedikit banyak itu mengurangi keresahan gue..
And also...
Thanks Kak Verbot, for asking your 'unreachable-for-my-mind-now' question :D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment