20 Tahun Lagi

Liburan gini temanya mimpi. Asik juga nih. Kata mbak-mbak yang pernah saya kenal di twitter-nya: "Somehow dreaming makes me feel more alive :) ". Cukup sedih sebenarnya mengingat kami adalah the walking deads.


Ini mimpi gue yg akan gue ceritain secara naratif:

Sore itu gue pulang ke rumah. Rumah mungil di sebuah desa di pinggir sebuah kota. Gue disambut dengan wajah ceria istri dan anak-anak gue. Gue segera masuk kamar mandi dan membersihkan diri sebelum menghabiskan waktu dengan anak-anak. Melihat bak mandi, gue bersyukur masih mendapat air bersih. Gue ingat masa-masa perjuangan waktu kuliah, betapa kami menahan diri menggunakan air yang kualitasnya selalu menurun di kota tempat kosan gue berada. Gue mandi dengan harapan anak-anak gue tidak mencontoh masa lalu ayahnya yang mandi jika sudah tidak nyaman dengan 'sensasi' badan sendiri.

Setelah mandi, gue memandangi anak-anak gue yang berusia 7 dan 10 tahun bermain bersama anak-anak tetangga. Gue biarkan mereka tenggelam dalam imajinasi mereka. Sengaja gue jauhkan televisi dan game komputer dari masa kecil mereka. Tak lama kemudian pulang si sulung dari pendidikan setingkat SMP-nya(ga ngerti masih ada SMP atau engga :P). Dia mengerjai adik-adiknya lalu segera masuk rumah. Ah, jadi ingat, bahkan saat kuliah pun gue masih usil. Setelah menyalami gue dan istri gue, dia segera beristirahat.

Saat makan malam, ketiga anak gue (masih tiga :P) berceloteh menceritakan mimpi-mimpinya. Gue dan istri gue menyimak tiap kata yang terlontar dengan mata yang berbinar itu. Selama dalam koridor agama, gue bebaskan mereka mau jadi apa, gue tekankan pada mereka untuk tidak takut gagal dalam usaha mereka menjadi manusia yang berguna. Agak sesak juga jika ingat masa muda gue yang sempat tersia-siakan. Yang jelas gue ga mau anak-anak gue menyesal.

Malamnya, gue membantu istri gue membereskan rumah. Gue ga mau menyia-nyiakan orang yang telah memilih menjadi guru bagi anak-anak gue, yang menemani perjuangan gue, yang memotivasi gue untuk selalu bekerja keras, dan tentu orang yang darinya gue banyak belajar. Malam itu sungguh terasa berbeda dibanding malam-malam di mana gue dan teman-teman gue berkumpul di satu ruangan lalu menggalau berjamaah.

Sebelum tidur, gue sempatkan berselancar di dunia maya. Gue menyapa rekan-rekan kerja gue. Kata orang mereka karyawan gue, tapi bagi gue mereka tetap manusia sederajat. Gue mencoba mengambil pelajaran dari setiap cerita yang mereka lontarkan. Tentunya hal ini ditemani istri gue :3

Iseng, gue telusuri facebook teman-teman kuliah gue. Ada yang telah berfoto dengan  Sir Alex Ferguson, ada yang bercerita dia telah berhasil mengonservasi bekas tambang sehingga menjadi perkebunan, banyak yang menjadi CEO, dan lainnya. Gue sempat tertegun melihat iklan yang baru gue sadari: PT Djenang. Gue kira itu iklan rokok. Gue Googling dengan keyword "Nyambi awesome", foto kawan gue masih nongol di link pertama.

Tiba-tiba HP gue berbunyi. Gue lihat, ada jarkom untuk menghadiri Silaturahim Akbar BIUS di Sabuga sebagai donatur, ada juga SMS dari mahasiswa yang ingin acaranya diberi donasi, dan dari mahasiswa yang ingin perwalian besok. Hahaha, jadi ingat masa-masa gila gue.

Paginya, gue dibangunin istri karena sudah subuh. Istri gue perfect banget ya? Engga juga sih. Gue sering kena omel juga soalnya -__-". Wajarlaaah. Untung waktu di kosan gue udah terbiasa dibangunin sobat-sobat gue dengan cara yang ekstrim. Jadi sekarang gue lebih mudah dibangunin, apalagi kalau yang bangunin anak-anak gue :3

Pagi itu ketika berjalan di keremangan pagi, gue sempat mengamati lingkungan gue. Jauh berbeda dengan ketika gue masih muda. Rumah-rumah masih sederhana padahal Indonesia sudah dinyatakan sebagai negara maju. Gue sangat bersyukur negara gue maju tapi tetap mempertahankan kesahajaannya. Pendapatan perkapitanya luarbiasa tinggi tapi warganya keukeuh menghindari gaya hidup glamor.
Pagi itu pemuda-pemuda desa tempat gue tinggal bangun pagi, tidak tampak muka stress akibat gaya pendidikan saat itu. Pendidikan sangat terjangkau, kurikulumnya juga tidak memberatkan.

Ketika matahari mulai terbit, gue lihat siluet sebuah gunung. Gue ingat masa galau gue yang tersita dengan survei-survei. Survei yang membuahkan hasil, karena bulan madu gue menjadi tidak hedon. Tanpa belanja-belanja yang tidak perlu, tanpa musik-musik yang mengganggu, cukup bertigaan dengan alam dan disaksikan Tuhan :3

Kembali di rumah gue lihat anak-anak gue sedang bersiap-siap menuntut ilmu. Ketika melihat si tengah sedang mengerjakan PR, gue melihat sosok diri gue yang sampai sekarang kadang masih deadliners -___-". Gue kagum dengan semangat mereka. Siapa dulu istrinya :3

Gue sendiri segera bersiap-siap menemui mahasiswa perwalian gue yang baru ditegur dosen pengajarnya. Katanya sih dia sering bolos dan nilainya anjlok. Selain itu gue juga ada janji dengan para investor. Gue menunggu kesempatan ini, untuk berterima kasih dengan menunjukkan bahwa inventasi mereka jatuh ke tangan yang tepat. Memang lokasi desa tempat gue tinggal dengan pusat kota cukup jauh, tapi sarana transportasi publik beserta infrastruktur yang saat itu memuaskan membuat gue tidak bermasalah dengan jarak.

Kita sudahi dulu cerita mimpi gue ini. Gue ingat harus mencuci baju yang menumpuk (~__~)

20 tahun lagi, gue harap ini benar-benar terwujud. Gue mau berterima kasih kepada donatur beasiswa-beasiswa gue dengan menunjukkan bahwa donasi mereka jatuh ke tangan yang tepat dan bersyukur kepada Yang Mahakuasa bahwa hidup gue tidak gue sia-siakan \(^o^)/

0 comments:

Post a Comment

 
Zombie Twenty Fourolololol © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour