Gue akan masuk IPB, belajar tentang pertanian lalu fokus untuk menjadi petani modern. Gue juga akan mengasah kemampuan berbisnis gue dengan ikut lomba-lomba bisnis yg cukup banyak di kampus tersebut. Dan di awal tingkat 3, di sebuah kompetisi bisnis plan nasional, gue sebagai salah satu finalis akan bertemu tiga orang yg saat ini jadi kawan saya: Kakek, Mucho, dan Soto Koya. Mereka bertiga terlihat seperti orang-orang mengenaskan yang kurus-kurus dan matanya berkantung. Dan gue akan menyaksikan mereka mengangkat piala juara tiga...
IPB yg juga terletak di Jawa Barat, akan membuat gue menyambangi ITB yg cukup banyak teman SMA gue di dalamnya. Gue tapi mungkin tidak akan menyapa anak-anak B*US karena saat SMA gue tidak begitu dekat dengan penerima B*US yg berasal dari SMA gue. Mungkin gue hanya akan menyapa Pentol "Hoi!" hanya karena mukanya familier. Gue akan keheranan melihat teman-teman yg berjalan serombongan dengan Pentol. Mereka terlihat selalu tertawa tanpa beban. Konon, mereka adalah penerima beasiswa yg sama dengan Pentol.
Di ITB gue lalu melihat mahasiswa dengan jaket warna-warni. "Ih, kayak anak sekolah yg seneng bikin jaket kelas aja mereka", pikir gue saat itu. Di kunjungan pertama gue ke ITB(sekitar Agustus 2010), gue mendapat sambutan yg hangat dari teman-teman SMA gue karena ikatan alumni SMA gue di ITB merupakan yg paling kompak. Tapi sayang mereka tidak bisa fullteam akibat Rrrambot, Kikbot, Hylbot, dan Pentol harus mengurus kegiatan bakti sosial B*US. Di sore hari, barulah mereka menampakkan batang hidungnya. Gue lalu dikenalkan dengan Wahy*, Ria*, Dama*, Baga*, Nu*, dan yg lainnya. Hei, ada dua orang yang namanya sama dengan gue! Mereka tampak sangat bahagia dan ceria. Gue heran dengan mereka, padahal baru dua bulan sejak keberangkatan Pentol, Hylbot, Kikbot, dan Rrrambot ke Bandung, mereka sudah seperti anak SMA yg kenal selama 3 tahun. Gue mendengar ada yg disebut Walay, Nyambik, dan berbagai julukan unik lainnnya.
Beberapa bulan kemudian teman-teman SMA gue susah diajak kumpul untuk menemani gue main di ITB. Akhirnya gue baru ke ITB lagi di awal Maret tahun 2012. Saat itu sedang diadakan acara besar yg ramai dengan anak-anak SMA, namanya Aku Masuk ITB 2012. Gue akan berpikir "Acara apaan sih itu? belagu amat anak ITB, pamer kali ya??". Entah siapa ketuanya, panitianya terlihat sangat menikmati pekerjaan mereka dan sangat kompak. Gue pun iseng masuk ke pamerannya.
Gerombolan mahasiswa berjaket abu-abu yg di lengannya terdapat logo yg mirip logo PLN menarik perhatian gue. Ketika gue tanya, ternyata mereka berasal dari jurusan teknik elektro, teknik tenaga listrik, dan teknik telekomunikasi. Gue mendadak teringat materi dari mata pelajaran Fisika SMA yg tidak gue sukai. Obrolan di antara mereka yg sedang membicarakan PR pun terdengar membingungkan. Entah apa itu Fuye, ADC, transien, dan treshold. Mungkin gue yg salah dengar, yg jelas terdengar sangat asing. Mungkin mereka dari dunia lain.
Kebetulan gue mendapat kesempatan berbincang dengan ketua panitia acara itu. Gue tidak sangka, ketuanya sama dengan gue masih tingkat dua dan ternyata acara tersebut berskala nasional! Pantas saja banyak media yg meliput. Samar-samar gue ingat, banyak dari panitianya yg merupakan anak-anak B*US.
Karena keasyikan bermain, gue memutuskan menginap di kosan R*ri sekarang lebih sering dipanggil Rifki. Kosan tersebut berada di dekat masjid di daerah Pelesiran. Di malam hari, terdengar kegaduhan dari kosan berwarna merah di dekat situ. Gue diberi tahu bahwa itu adalah kosan tempat Pentol dan beberapa anak B*US. Terdengar suara "AEEEK, AEK", "MAAAAAAAAAAAAAAAKSUDMU!", "SIAPA YANG MAU JAJANAAAN?", "NDES YUUU", dan lain sebagainya. Semalaman gue susah tidur akibat suara-suara tersebut selalu muncul. Bahkan hingga pagi masih saja berisik walaupun dengan ucapan yang berbeda, seperti "TANGI TAH, TANGI TAH", "KULIAH WOIIII".
Di pagi itu pula gue pulang dengan menyisakan keheranan. Aneh, pikir gue. Mereka mahasiswa kok kelakuannya lebih kekanak-kanakan daripada teman-teman gue saat SMA.
Tahun 2013 gue ke ITB lagi, kali ini urusan bisnis. Gue akan melakukan COD dengan recomended seller dari forum jual beli online ternama di Indonesia. Mas Tegwin namanya. Ketika berbincang dengannya, gue tahu bahwa beliau merupakan anak B*US juga. Karena ternyata transaksi berlangsung lama, gue pun diajak masuk ke kosan beliau.
Gue SHOCK! Ini kosan mahasiswa paling aneh yg pernah gue lihat! Di lantai satu terasa dingin, lantai 3 panas. Aroma tiap lantai juga berbeda. Jemuran tergeletak di mana-mana. Banyak kamar yang ditinggal penghuninya yang dibiarkan terbuka padahal di dalamnya terdapat laptop. Di tembok dekat kamar Mas Tegwin ada tulisan GEA GAME CENTER dan iklan Dokter Cinta. Di dekat tangga ada singkong yang dikeringkan tapi berjamur. Sejenak gue menyapa dan masuk ke kamar Pentol, di dalamnya banyak batu-batuan. Di salah satu jendela di dekat kamar Pentol, terdapat antena TV yang ditempelkan dengan selotip. Kamar Mas Tegwin sendiri bertuliskan "RUANG REKTOR".
Setelah bertransaksi, muncul manusia-manusia kurus yg minggu sebelumnya mengajak diskusi gue tentang agrobisnis. Namanya Dambeach, Nyambik, Mucho, Kakek, dan Am I Real. Diskusi singkat dengan mereka menghasilkan ide-ide untuk membuat proposal bisnis yg akan diajukan ke lomba Spirit GKN. Dan kini gue dengar hanya Dambeach yg proposalnya lolos ke tahap 3000 besar. Tentu saja gue juga lolos :)
***
Sekian teman-teman, ini cerita gue kalo gue gak jadi masuk ITB. Eits, tapi ini kalo gue masuk IPB lho ya :3
Biar ceritanya tambah panjang, gue tambahin gimana kalo gue jadinya masuk Polines, Polteknik Negeri Semarang. Yaaah, kurang lebih ceritanya sama dengan yang di atas. Mungkin gue bukan maniak bisnis pertanian, tapi gue fokus menapaki langkah menuju dirut PLN. Mungkin alasan gue main ke ITB adalah untuk menjalin kerja sama atau berdiskusi tentang
community development dengan himpunan berjaket abu-abu dengan logo yg mirip logo PLN di lengan mereka.
Sekian imajinasi saya
malam pagi ini :)